Sifat koligatif
adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi
partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan osmosis
memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan
penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin.
Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam
ilmu biologi. Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan
dalam kehidupan sehari-hari.
A.
PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP
Laut mati adalah
contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini
terletak di daerah
gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas,
sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi.
Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan
tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu
saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia.
Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa
tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.
B.
PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU
1.
Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0oC.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es
putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam
air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam dapur
dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran
itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu,
campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari
bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan
pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
2.
Antibeku pada Radiator Mobil
Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator
biasanya ditambahkan etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator
mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat
rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik
beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.
3.
Antibeku dalam Tubuh Hewan
Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti
beruang kutub, memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik
beku untuk bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku
yang mempu menurunkan titik beku air hingga 0,8oC. Dengan demikian,
ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC
karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es
dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat
antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung
gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah
sedangkan nematoda mengandung gliserol dan trihalose.
4.
Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan
salju terjadi, jalanan dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan
sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi
campuran garam NaCL dan CaCl2. Penaburan garam tersebut dapat
mencairkan salju. Semakin banyak garam yang ditaburkan, akan semakin banyak
pula salju yang mencair.
5.
Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan
untuk menentukan massa molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan
karena sifat koligatif bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan
mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai penurunan titik bekunya,
maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.
C.
PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS
1.
Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
yang sama disebut isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
lebih rendah daripada larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu,
larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi daripada larutan
lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang
dimasukkan ke dalam darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel
agar tidak terjadi osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan
demikian, sel-sel darah tidak mengalami kerusakan.
2.
Mesin Cuci Darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi
cuci darah. Terapi menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan
molekul kecil-kecil seperti urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke
cairan lain, kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar
seperti protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.
3.
Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan
ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat
membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.
4.
Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti
lintah. Hal ini karena garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu
menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam
tubuhnya.
5.
Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut
diserap oleh tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga
konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam
tanah dapat diserap oleh tanaman.
6.
Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Osmosis balik adalah
perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan yang lebih pekat
ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan
diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik
digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi tekanan pada
permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air dipaksa
untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput yang permeabel
untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup
besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke dalam air asin.
Penggunaan lain dari
osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam air limbah sebelum
dilepas ke lingkungan bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar